Maraknya industri kopi tanah air membuat kita tak bisa lagi sesederhana pesen di warung kopi saat memilih kopi mana yang ingin kita cicipi.
Kemarin misalnya, saat saya minta dibeliin kopi sama istri, bertubi pertanyaan malah dihadiahkannya kepada saya sebelum Si Cinta menghadiahkan juga sebungkus kopi ukuran 200 gr yang lainnya.
"Arabika apa robusta?"
"Biji asal mana?"
"Mau natural, washed, semi washed, honey, apa wine?"
"Giling apa?"
Hadeuuuh... Untung dia yang beliin. Jadi, ya... jawab saja dengan sabar dan hati yang lapang.
Terlepas dari urusan saya dan istri tadi, ada yang unik dalam keberagaman jenis kopi yang berbuntut banyak pertanyaan tadi.
Dua hal yang umumnya dijadikan patokan dalam mengklasifikasikan jenis kopi mengacu pada tempat asal dan proses pengolahan kopi dari ceri (buah kopi) sampai menjadi green bean (biji kering)--natural, washed, semi washed, honey, atau wine.
Jarang yang membagi kembali jenis kopi berdasarkan pada proses roasting atau penyangraiannya. Padahal tak bisa disangkal, proses sangrai ini juga bisa ikut menentukan cita rasa kopi yang dihasilkan.
![]() |
(Arutala Coffe) |
Nah, hal unik inilah yang saya temukan dari kopi yang saya coba kali ini. Arutala menandai proses roasting sebagai tahapan yang menjadi konsen mereka dalam menghasilkan cita rasa kopi yang khas. Hal tersebut didasari pada tak jarangnya ada perbedaan rasa dari satu produk kopi yang sama.
Proses Roating
Dalam poses roasting kopi sendiri dikenal beberapa istilah yang antara lain:
- Light Roast; tingkat kematangan paling awal, diproses pada suhu 180°C-205°C, berwarna kecoklatan dengan tingkat keasaman tinggi dan memiliki rasa bawaan seperti sari manis dan gurih dari daging buah.
- Medium Roast; menggunakan suhu di kisaran 210°C-220°C, tingkat kematangan menengah ini yang memiliki keseimbangan antara keasaman kopi dan cita rasa yang keluar dari biji kopi.
Proses ini paling banyak dipakai para produsen kopi. Hasil roastingnya mengeluarkan aroma khas yang lebih kuat dan warna kopi yang juga lebih gelap dari proses light roast.
- Dark Roast; proses roasting terakhir ini adalah batas kematangan yang bisa penikmat kopi dapatkan. Lebih dari dari dark roast, rasa kopi akan rusak.
Diproses dalam suhu kisaran 240°C, hasil dark roast akan sangat gelap dengan tingkat asam paling rendah dan memiliki bodi kopi yang tebal. Kopi ini cocok untuk mereka yang suka dengan kopi yang pekat.
Review produk:
Dengan tagline "Proses Roasting adalah jawaban besar kenapa Arutala berbeda", Arutala yang begitu menjaga ketat proses roasting mampu menghasilkan roast bean yang memiliki proses kematangan merata dan kualitas terjaga. Hal tersebut terbukti dari produk Arutala Java Preanger yang pernah saya cicipi.
Meski yang saya coba sudah dalam bentuk coarse atau bubuk kopi, proses roasting tertinggal jelas dari aroma asap dan rasa lembut kopi yang saya sesap.
Untuk aroma arabikanya sendiri memang berkurang, namun tingkat keasamannya terasa lebih rendah, dan rasanya lebih lembut di lidah.
Saran Penyajian
Untuk Arutala Java Arabica ini, saya lebih menyarankan untuk memberinya sedikit tambahan atau tidak disajikan secara pure kopi.
Kamu bisa menambahkan sedikit gula aren, atau mencampurkannya dengan kental manis, jika ingin sajian kopi susu dengan rasa kopi yang "nendang".
Kenapa, karena meski tak disebutkan proses roasting apa yang Arutala gunakan, produsen kopi ini kemungkinan menggunakan proses medium--dark roasting.
Dan kopi dari proses ini, akan lebih cocok jika dipadukan dengan coffeemate. Kabar baik lainnya, dari proses ini tingkat asamnya relatif lebih rendah. So... sedikit amanlah buat yang punya masalah lambung.
Itu saja sedikit ulasan saya kali ini. Jika penasaran, silahkan Anda coba juga kopinya; Arutala Java Coffee! Saya beli disini, harga asli 45 ribu, lagi promo jadi pas beli hanya sekitar 30 ribuan, dan berikut spesifikasi singkatnya:
Jenis Kopi: Single Origin
Acidity: Medium
Body: light to medium
Origin: India
Daerah tanam: Jawa timur
Rasa dan aroma: buah apel, flowery, dan dark chocolate
☕Guests Writer☕
( Andris Susanto )
Comments