Pada tahu "kue cucur" kan? Aku sih bilangnya gitu, pokoknya intinya itu kue yang dari tepung beras dan gula merah yang diaduk, terus digoreng. Kelihatannya kaya simpel ya, tapi buatnya gak segampang itu, bestieeeee... T.T Cerita di mulai, saat salah satu platform (sebut saja Yummy app... eits, ketahuan dong...hehe gak apa-apa sekalina promosi) tempat aku rajin bikin-bikin konten masak, kasih tantangan buat bikin makanan khas nusantara. Memeriahkan 17an gitu.... Dan tetiba kue cucur begitu aja split diotakku. Padahal makan aja cuma kadang-kadang apa lagi bikin. Jadi judulnya nekat. Tapi... sambil deg-degan takut gagal, tetep gaskeun buat maju pantang mundur (untungnya bukan ikutan Masterchef, kalau ya...kayanya udah macam makanan yang langsung dilepehin juri...hehe) Dan setelah sekian kali percobaan di wajan akhirnya, taraaaa... gak buruk sih: ( Kue Cucurku yang penampakannya lumayan menggoda) Sayangnya, sisa lainnya yang gagal gak aku foto, takut dibuli netizen (canda...). Ha
(gambar: www.georgeinstitute.org) Bahkan seorang chef profesional sekali pun tak akan lepas dari “musibah” di dapur. Musibah disini bisa dari musibah besar seperti kebakaran maupun musibah kecil seperti bentuk dan rasa masakan tak sesuai semestinya. Yang paling sering terjadi adalah masakan terlalu asin, padahal masakan itu harus segera dihidangkan, dan tidak mungkin untuk memasak ulang dari awal. Moms, kalau aku pribadi, hal ini cukup sering terjadi, garam dimasukan kemudian pas dicicipi asin sampai membakar lidah..hehe hal ini biasanya kalau aku ganti merek garam, karena faktanya kadar asin garam ternyata berbeda-beda ya. Makanya belakangan aku lebih suka masakan diberi sedikit garam, meskipun akhirnya jadi hambar, tapi paling tidak, saat akan makan bisa di tambah garam sesuai selera. Dari pada ketika masakan terlalu asin, karena kebanyakan garam. Tapi tak perlu kebakaran jenggot kalau ini terjadi di dapur bu ibu, semua ada solusinya. Dan yang pasti gak harus membuang ma